14.13 -
Spiritual
No comments


UNTUK SEMUA UMAT AGAMA YANG MERASA DIRI MEREKA YANG PALING BENAR !!
Tapi pesan tulisan ini bukan tentang bagaimana aku percaya kepada Nabi, who cares?, Tetapi bahwa Islam memang mengakui pluralitas, dan tidak pantas bagi seorang muslim, atau siapapun, memvonis orang lain kafir, infidel, domba yang tersesat, apalagi calon penghuni neraka. Neraka dari Hongkong!
Muhammad SAW sedang duduk-duduk di rumahnya, saat Salman Al Farisi, sahabat dekatnya yang bukan dari etnis Arab, dan telah kenyang bongkar pasang agama dan cara memuja Tuhan sebelum akhirnya bertemu Rasulullah dan memeluk Islam, datang mendekat. Lelaki cerdas yang selalu bertanya tentang segala hal dalam pikirannya itu sedang galau. Apalagi kalau bukan dikepung sebuah tanya.
“Assalamu ‘alaikum, yaa Rasulullah”.
“Wa ‘alaikum salam”.
Tak banyak basa-basi, ia langsung bercerita tentang orang-orang non-muslim, yang percaya kepada Tuhan dan melakukan pekerjaan yang baik, (amalan shalihah). Tapi itu tadi, mereka nonmuslim.
“Akan bagaimanakah nasib mereka kelak, ya Rasulullah?”
Rasulullah menjawab, “Mereka akan mati dalam keadaan tidak Islam, kafir, dan mereka akan menjadi penghuni neraka.”
Salman sungguh sedih mendengar jawaban itu. Terbayang di benaknya, bagaimana teduhnya wajah-wajah orang yang percaya dan menyembah Tuhan itu, kepatuhan mereka kepada Tuhan, dan kasih sayangnya kepada sesama. Setelah pamit, dia melangkah. Makin gundah, tapi tak kuasa membantah Utusan Allah.
Di belakangnya, tubuh Rasulullah sedikit bergetar. Jibril, sang malaikat, datang berkelebat, membawa kata-kata milik Sang Kebenaran Sejati. Firman Tuhan yang kemudian tercatat dalam Al-Qur’an, pada Surat Albaqarah (2:62) itu sungguh indah, meneduhkan hati.
“Sesungguhnya orang-orang yang percaya, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabiin*), siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan berbuat baik, mereka akan menerima pahala dari Tuhan. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati.”
Rasulullah memanggil Salman, menyampaikan firman Allah yang baru saja turun itu, dan mengimbuhinya sembari tersenyum lembut, “Ayat itu untuk teman-temanmu”.
Mengapa kisah turunnya (asbabun nuzul) ayat ini kubilang membuat aku percaya Muhammad SAW Utusan Allah? Karena selaku manusia biasa, dia pun ternyata pernah “terjebak” pada cara berpikir yang cenderung eksklusif. Cara berpikir yang, sayangnya, justru banyak dipelihara saudara-saudara kita saat ini, di semua agama dan keyakinan.
Namun begitu datang kata kebenaran sejati dari Tuhan, tanpa harus merasa malu atau enggan, Beliau mencabut sendiri ungkapannya beberapa menit sebelumnya... dan tetap menyampaikan kebenaran sejati dari Sang Khaliq. Sekali lagi, kita tidak akan membahas itu. Tetapi pesan ayat ini jelas, yang paling dilihat Allah adalah dua hal: PERCAYA dan BERBUAT BAIK.
Hal ini ada dijelaskan di puluhan ayat Al-Qur’an, dan tertera pula di Alkitab, Mazmur (37:3). Seperti bersepakat dengan Shakespeare, Tuhan seolah membisikkan dengan penuh kasih sayang dan pengampunan, “What’s a name“. Apalah arti sebuah nama, label, karena Tuhan melihat ke dasar hati.
Seperti Muhammad SAW, Nabi Musa AS pun pernah mendapat teguran karena memvonis orang lain, seorang gembala yang ingin menunjukkan cinta kepada Tuhan dengan cara menyisir rambut dan mencabut uban-Nya, telah salah cara dalam menyembah Tuhan.
“Musa, engkau telah memisahkan hamba-Ku dari Aku. Aku telah anugerahkan kepada setiap manusia cara berdoa masing-masing; Aku telah berikan cara khusus kepada masing-masing untuk menunjukkan cinta. Aku tidak melihat pada ucapan lidah, tetapi Aku melihat ke dalam sanubari dan perasaan terdalam hati manusia. Aku melihat ke dalam hati manusia untuk melihat apakah ada kerendahhatian, walaupun ucapannya tidak menunjukkan demikian. Cukuplah sudah segala macam ungkapan dan metofora! Aku menginginkan hati yang membara dengan api cinta, hati yang membara.”
Penulis : Toga Nainggolan
*) Sebagian ahli tafsir menerjemahkan Shabiin sebagai kaum yang tak punya agama yang jelas, namun percaya kepada Tuhan dan berbuat baik kepada manusia. Semacam agnostik barangkali. [www.blogberita.com]
0 komentar:
Posting Komentar